Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) meluncurkan kebijakan strategis berupa integrasi Koding dan Kecerdasan Artifisial ke dalam sistem pendidikan. Program ini disebut sebagai Pembelajaran KKA, yaitu singkatan dari Koding dan Kecerdasan Artifisial.
Langkah ini merupakan respons terhadap tuntutan zaman, di mana peserta didik perlu dibekali dengan keterampilan abad ke-21: berpikir kritis, kreatif, literasi digital, dan penguasaan teknologi. KKA dirancang untuk siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yakni SD, SMP, dan SMA/SMK.
Apa Itu Pembelajaran KKA?
KKA merupakan model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan koding (pemrograman komputer) dan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) dalam proses belajar. Tujuannya bukan hanya agar siswa mahir teknologi, melainkan mampu berpikir logis, sistematis, dan etis dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Naskah Akademik resmi dari Kemdikdasmen, KKA dikembangkan dalam tiga domain utama:
- Berpikir Komputasional: kemampuan menyelesaikan masalah dengan pendekatan logika dan algoritma.
- Literasi Kecerdasan Artifisial: pemahaman terhadap bagaimana mesin belajar dan mengambil keputusan.
- Etika Digital: membentuk sikap bertanggung jawab, aman, dan bijak dalam menggunakan teknologi.
Bagaimana Penerapannya?
Implementasi KKA bersifat bertahap dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Di SD, siswa belajar melalui permainan dan metode unplugged, tanpa perangkat digital, untuk membentuk pola pikir algoritmik secara alami. Di SMP dan SMA, pembelajaran dikembangkan melalui bahasa pemrograman visual (seperti Scratch) dan teks (seperti Python), serta eksplorasi proyek AI sederhana.
Pembelajaran KKA dapat disisipkan melalui:
- Intrakurikuler (terintegrasi dalam mata pelajaran),
- Kokurikuler (kegiatan tambahan di luar pelajaran utama), dan
- Ekstrakurikuler (kegiatan pilihan seperti klub robotik atau koding).
Kemdikdasmen juga menyiapkan pelatihan intensif untuk guru, modul ajar, dan dukungan sumber daya lainnya berbasis pendekatan proyek (project-based learning).
Mengapa Ini Penting?
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyiapkan generasi digital yang tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tapi juga menciptakannya. KKA menjembatani kebutuhan itu.
Lebih dari sekadar kemampuan teknis, KKA memperkuat nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, seperti kemandirian, kebhinekaan global, dan bernalar kritis. Siswa tak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi inovator aktif dalam menyelesaikan persoalan nyata.
Menuju Masa Depan Pendidikan Indonesia
Pembelajaran KKA menandai perubahan arah pendidikan Indonesia yang lebih adaptif, kreatif, dan relevan dengan masa depan. Dengan dukungan kebijakan, pelatihan, dan kolaborasi multi-pihak, Kemdikdasmen berkomitmen membentuk generasi pembelajar sepanjang hayat yang cakap digital dan bijak berteknologi.
Sumber:
Dokumen resmi: Paparan Landasan Teknis Implementasi Koding dan Kecerdasan Artifisial